Jumat, 26 Juni 2020

KUALITAS MANUSIA



Allah swt menciptakan makhluk dengan segala tingkat kualitasnya. Menurut Aristoteles – seorang ahli filasfat Yunani-  bahwa makhluk ciptaan ini terdiri dari tiga tingkat kemampuan, yaitu anima vegetativa, anima sensitiva dan anima intelektiva. Tumbuhan termasuk anima vegetativa  yaitu  makhluk yang di ciptakan Allah yang hanya memiliki kemampuan berkembang biak. Hewan termasuk dalam golongan anima sensitiva, yaitu yang hanya mampu berkembang biak dan menerima rangsangan. Sedang manusia digolongkan pada anima intelektiva, yaitu makhluk yang memiliki kemampuan berfikir.
Dari kategorisasi diatas dapat difahami bahwa manusia termasuk makhluk yang memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan dan hewan. Kemampuan berfikir menjadikan manusia itu lebih unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya. Jika manusia tidak menggunakan potensi berfikir, maka kualitasnya sama dengan hewan yang hanya mampu berkembang biak dan menerima rangsangan. Namun tidak serta merta manusia yang menggunakan akalnya menjadi makhluk yang mulia. Berapa manusia banyak yang potensi akalnya untuk berfikir, namun hanya menjadi predator bagi tumbuhan, hewan bahkan manusia lainnya. Lihat saja misalnya, exploitasi alam ini dilakukan oleh manusia yang memiliki akal yang cerdas. Manusia yang seperti ini, bukannya hendak memakmurkan alam dan lingkungan malah merusak dan menghancurkannya.
Akal yang dituntun oleh kepatuhan terhadap aturan Allah, menjadikan manusia menjadi bermartabat dan manusiawi. Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah manusia yang paling takwa diantara kamu. Demikian Allah menjelaskannya di dalam Alquran. Jika ketakwaan ini hilang dari diri manusia maka dia akan jatuh kedalam jurang yang menghinakan (asfala safilin) .
Sebagai orang yang bertakwa, ada hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan posisi kemuliaan itu. Yaitu senantiasa merespon apa yang diinginkan Allah dan RasulNya. Karena dengan merespon semua itu manusia itu akan memperoleh kebaikan-kebaikan dalam kehidupannya. Perkenankanlah (seruan) Allah dan rasul, bila Ia menyeru kamu, untuk menghidupkan kamu. Demikian seruan Allah di dalam Alquran surat al-Anfal ayat 24. Manusia takwa adalah manusia yang senantiasa mengindahkan seruan dan peringatan Allah.
Syariat adalah seruan-seruan Allah yang telah terformulasi yang harus direspon. Syariat memberikan kemudahan, keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup. Baik kehidupan jangka pendek maupun kehidupan jangka panjang. Syariat merupakan rule of law yang sangat tepat bagi kehidupan manusia. Tidak ada aturan hidup yang paling pas untuk menusia selain dari aturan yang dibuat oleh pencipta manusia itu sendiri. Ibarat sebuah produk, agar produk itu menjadi produk yang berdaya guna dan berhasil guna, maka dalam peggunaan dan pemeliharaannya harus sesuai dengan manual book yang dikeluarkan oleh produsen produk tersebut.
Syariat itu harus dipegang teguh dengan seteguh-teguhnya. Ambillah apa yang di berikan (Tuhan) kepadamu dengan kekuatan dan dengarkanlah! Demikan Alquran mengingatkan manusia. Manusia tidak boleh menganggap enteng terhadap syariat itu. Orang kafir adalah orang yang tidak mau memperdulikan syaria’at, dan mempunyai kecenderungan untuk selalu bersenang-senanga dalam kehidupan dunia. Dalam surah Muhammad ayat 12  Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir bersenang-senang di dunia dan makan seperti binatang-binatang makan. Mereka berfikir, tapi Alquran belum menganggap mereka hidup  seperti manusia. Pajak Sore, 26/06/2020. Japar, S.Ag.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar